Sabtu, 27 Desember 2014

Konser Kampung yang Terkenal di Asia Tenggara Wartawan : JPNN - Editor : Elsy - 25 November 2014 14:24 WIB Bikin Alat Musik Sendiri berkat Suara Kodok Konser Kampung adalah komunitas seni yang mewadahi 20 seniman musik, tari, dan lukis di Desa Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat. Meski berada di pelosok, komunitas itu tenar di kalangan pencinta musik perkusi se-Asia Tenggara. DALAM Festival Perkusi Jakarta 2014 di Taman Ismail Marzuki (TIM) beberapa waktu lalu, Konser Kampung menjadi performer yang paling ditunggu. Sebab, mereka selalu sukses membangun atmosfer pesisiran. Selama 30 menit, mereka membawakan sejumlah lagu tarling yang mampu membuat penonton berdiri dan berjoget. Termasuk Oy Oy Oy yang menjadi lagu wajib saat tampil di beberapa negara di Asia Tenggara. Kelompok musik perkusi yang diinisiasi Ketut Aminudin tersebut didirikan pada 1989. Cikal bakalnya adalah Sanggar Tikungan yang dibentuk sejumlah pemuda desa tiga tahun sebelumnya. Awalnya, mereka lebih cenderung ke dunia sastra, misalnya menulis puisi. Karena juga memiliki bakat bermusik, mereka membentuk Konser Kampung. Komunitas pemusik yang mengiringi pembacaan puisi. ”Konsepnya adalah musikalisasi puisi,” ujar Didin Ketut, sapaan akrab Ketut Aminudin. Musik yang dimainkan komunitas tersebut adalah tarling. Yaitu, musik khas masyarakat pesisir utara Jawa Barat. Mereka belajar kepada maestro tarling Raden Lulud Casmaya. Setelah matang, mereka mulai tampil dari kampung ke kampung. Baru pada 2007, Konser Kampung memutuskan untuk fokus menggeluti musik perkusi. Karena itu, mereka lantas menciptakan instrumen khas yang terinspirasi dari suara kodok atau belentung dalam bahasa Sunda. Alat musik yang dibunyikan dengan dipukul atau dipetik itu kemudian dinamai belentung. “Suara kodok kan saling menyahut. Perpaduan suara kodok itu kan musik yang indah. Begitu pula saling sahut suara belentung,” terang alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Bandung itu. Ada enam varian belentung yang mereka ciptakan. Antara lain, belentung penggede yang mengeluarkan suara gitar bas dan belentung panungtun yang berfungsi seperti gitar rhythm. Selain itu, ada belentung pangrecok yang menyerupai gitar melodi. Sementara itu, belentung panembal dan pangjejeg lebih berfungsi sebagai pelengkap. “Perpaduan enam belen tung itu menciptakan tetabuhan yang enak didengar,” papar Ketut. Belentung juga merupakan alat musik yang lengkap. Selain mampu memainkan musik pentatonik, alat yang terbuat dari bambu tersebut bisa bermain di nada-nada diatonik. Karena itu, belentung bisa digunakan untuk memainkan berbagai genre musik. Mulai jazz, country, blues, keroncong, sampai musik tradisional. ”Pertama kami tampil membawakan belentung pada Festival Topeng di Cirebon. Sejak saat itu kami sering diundang tampil di berbagai acara,festival maupun sosialisasi ke masyarakat” kata Ketut.